Salah satu objek wisata di Kota Tarakan yaitu Pesta Rakyat Iraw Tengkayu yang biasanya dilaksanakan setiap 2 tahun sekali tepat di hari jadi Kota Tarakan. Iraw Tengkayu merupakan upacara tradisional yang dijadikan sebagai warisan adat suku asli Tidung sebagai rasa syukur atas rezeki dari Tuhan. Upacara ritual ini dilakukan dengan menghanyutkan sesaji ke laut Pantai Amal, Kota Tarakan.
Iraw Tengkayu berasal dari Bahasa Tidung yakni Iraw yang artinya perayaan atau pesta, sedangkan Tengkayu artinya pulau kecil yang dikelilingi oleh laut, yang dimaksud dengan pulau kecil yakni Pulau Tarakan itu sendiri. Puncak dari Festival Iraw Tengkayu adalah arak-arakan perahu Padaw Tuju Dulung, yaitu perahu hias yang diarak keliling kota. Perayaan Festival Iraw Tengkayu dilaksanakan setiap dua tahun sekali dan bertepatan dengan hari jadi kota Tarakan.
Pesta Rakyat Iraw Tengkayu terdiri dari rangkaian acara, diantaranya expo, pameran, bazar, pentas seni dan budaya, lomba indie band, dan sebagainya. Pesta rakyat ini akan diselenggarakan hingga malam puncaknya tepat pada pergantian tahun baru. Kemeriahannya terasa lengkap dengan adanya bintang tamu dari ibu kota yaitu para artis yang akan memeriahkan acara pesta rakyat.
Kota Tarakan kaya akan sektor perikanannya, sehingga ada banyak produksi dari hasil tangkapan ikannya, salah satunya adalah Ebi. Ebi adalah udang kecil-kecil yang dikeringkan. Ebi Tarakan bahkan sudah ada di pasar-pasar di kota-kota besar seperti di Jakarta dan Surabaya. Bahkan sebelum terjadi Covid-19 Ebi di ekspor ke luar negeri, salah satunya adalah Malaysia.
Sama dengan udang yang dikeringkan lainnya, proses Ebi di Tarakan juga cukup sederhana. Cara membuat Ebi, Anda bisa terlebih dahulu membersihkan udang kecil-kecil tersebut lalu merebusnya selama lebih kurang 30 menit. Setelah di rebus kemudian udang dijemur hingga mengering dengan sempurna. Makanya ada yang menyebut bahwa Ebi ini adalah udang yang diawetkan.
Termasuk makanan yang diawetkan, maka Ebi ini memang bisa bertahan lama. Penggunaan Ebi juga bisa dilakukan untuk berbagai macam makanannya. Bisa diolah langsung menjadi laut makan atau bisa juga menjadi bumbu-bumbu pelengkap masakan yang di taburkan. Anda bisa menemukan Ebi di pasar-pasar tradisional maupun modern, karena Tarakan penghasil ikan maka Ebi di Tarakan tentu memiliki citra rasa yang unik.
Kota Tarakan juga memiliki Batik yang khas dan unik untuk bisa Anda jadikan sebagai oleh-oleh. Sebetulnya secara umum batik sudah menjadi khas Indonesia, sehingga hampir di setiap wilayah Indonesia memiliki batik. Namun, yang menjadi pembedanya adalah motif yang ada pada batik tersebut. Motif Batik Tarakan berasal dari kekayaan flora dan fauna yang ada di tarakan.
Batik khas Tarakan selain mengangkat tema kekayaan alam, juga menggunakan warna-warna alami bukan sintetis. Tentu sebagai wujud menjaga kelestarian alam Indonesia. Motif Batik Tarakan yang khas itu diambil dari Tumbuhan Pakis. Motif tersebut dibuat oleh pengrajin batik bernama Adi Setyo Purwanto yang sudah menekuni batik Tarakan sejak tahun 2011.
Anda juga bisa melihat langsung proses pembuatan Batik Pakis ini di galeri batik Pakis Asia yang berlokasi di Jalan Kusuma Bangsa, Tarakan Timur. Batik disana menyediakan dua jenis batik yaitu batik cap dan batik tulis yang harga yang beragam mulai dari Rp 300 ribuan hingga Rp 1,5 juta. Eksistensi Batik Pakis tidak hanya dikenal di masyarakat Tarakan saja namun sudah melakukan pengiriman ke luar negeri.
Suku Tidung merupakan termasuk suku mula-mula yang mendiami Kota Tarakan. Dalam sejarahnya suku Tidung juga merupakan Kerajaan Tidung yang pernah memimpin pemerintahan di Kalimantan Utara. Sehingga hingga saat ini ada banyak orang yang bersuku Tidung yang tinggal di Tarakan. Suku Tidung di Tarakan kebanyakan beragama Islam dan masih menerapkan tata krama dari suku Tidung itu sendiri.
Tata krama dari suku Tidung yaitu berlaku baik di dalam kehidupan keluarga inti, keluarga luas dan di dalam masyarakat. Dalam penelitian Neni Puji Nur Rahmawati (2017) menjelaskan bahwa tata krama tersebut mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat, diantaranya tata krama dalam bersalaman, tata krama dalam hal makan dan minum, tata krama berpakaian dan tata krama dalam hal pelaksanaan upacara perkawinan.
Meskipun demikian, dalam perkembangannya telah mengalami perubahan masyarakat dalam bertata krama. Ada sebagian tata krama yang sudah ditinggalkan, bahkan anak muda sekarang sudah banyak yang meninggalkan tata krama yang sudah ditetapkan oleh masyarakat secara turun-temurun.